Sebagaimana kita ketahui bahwa Pendidikan merupakan tanggung jawab Pemerintah, Orang Tua dan Masyarakat. Pemerintah dalam hal ini telah mendirikan sekolah sekolah dengan menyediakan sarana dan prasananya, sebagaian besar dana operasional, termasuk penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan dan peraturan perundangan untuk pelaksanaannya. Yang dimaksud dengan pendidik pada jenjang TK,SD,MI,SMP,MTS,SMA,MA dan SMK adalah guru. Sedangkan pendidik pada Universitas atau Institut adalah Dosen.
Tugas utama guru dalam proses belajar mengajar adalah membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana dan mengadakan penilaian. Disamping itu, guru juga harus dapat membimbing, melatih, mendidik, mengajar mengarahkan siswa sesuai dengan jenjang yang diampu untuk dapat mendorong, memotivasi dan membantu para siswa yang diajarnya demi meraih kompetensi yang telah digariskan pada silabus atau Rencana Pembelajaran yang telah dibuat pada Satuan Pendidikan tertentu.
Yang dimaksud dengan siswa adalah anak didik yang belajar di satuan pendidikan tertentu yang ingin meningkatkan kompetensinya. Sedangkan kompetensi adalah kemampuan peserta didik akan pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu yang telah ditentukan sesuai dengan mata pelajaran dan jenjang sekolahnya. Salah satu sikap yang dikembangkan pada pembelajaran adalah kejujuran atau sikap jujur.
Jujur adalah sebuah sikap yang mengatakan apa adanya. Seseorang disebut jujur apabila ia mengatakan sesuai dengan kenyataan yang dialami. Apabila ada seorang siswa tidak mengerjakan tugas kemudian ia ditanya oleh guru "Mengapa kamu tidak mengerajakan tugas?" Apabila ia siswa yang jujur ia akan terbuka menjawab pertanyaan guru tersebut. Ia tidak memberikan alasan yang berbelit belit dan tidak masuk akal. Seorang siswa yang jujur misalnya ia akan menjawab " Maaf Pak/Bu...saya tidak mengerjakan PR karena tadi malam hujan deras dan listrik padam. " Atau misalnya dengan jawaban," Maaf, Pak/Bu...saya tadi malam diminta ibu saya untuk mengantarkan beliau menjenguk tetangga yang ada di rumah sakit. Atau siswa tersebut memberikan alasan sesuai dengan yang dialaminya.
Para siswa yang berkarakter jujur, mereka akan mengatakan A bila yang dialami A. Mereka akan berkata B apabila kenyataanya B. Mereka akan berkata biru bila yang mereka lihat adalah biru dan mereka akan berkata merah apabila yang ia lihat merah. Jika mereka mengatakan apa adanya sesuai dengan yang dialaminya kadang mereka akan memperoleh marah dari guru, mereka tidak takut atau gentar. Mereka akan menerima segala konsekwensi dari apa yang telah mereka katakan. Tetapi bagi guru yang pandai menghargai siswa, mereka tidak mudah marah dengan jawaban siswa yang sebenarnya. Jikalau guru memberikan sanksi atau guru memberi hukuman, guru seharusnya mempertimbangkan kejujuran siswa. Mereka tidak memberikan hukuman yang berat.
Siswa yang berkarakter jujur memang pada awalnya kadang mendapatkan suatu yang pahit atau getir. Tapi tidak perlu khawatir, apabila terjadi suatu masalah di ruang kelas atau di sekolah terjadi kehilangan barang berharga, guru yang memberikan sanksi atau hukuman akan membela siswa yang diberi sanksi atau hukuman tadi. Guru akan mengatakan siswa A misalnya, tidak mungkin mengambil barang tersebut karena ia adalah siswa yang jujur. Dengan demikian awal yang pahit tetapi berbuah manis.
Jujur adalah sebuah sikap yang mengatakan apa adanya. Seseorang disebut jujur apabila ia mengatakan sesuai dengan kenyataan yang dialami. Apabila ada seorang siswa tidak mengerjakan tugas kemudian ia ditanya oleh guru "Mengapa kamu tidak mengerajakan tugas?" Apabila ia siswa yang jujur ia akan terbuka menjawab pertanyaan guru tersebut. Ia tidak memberikan alasan yang berbelit belit dan tidak masuk akal. Seorang siswa yang jujur misalnya ia akan menjawab " Maaf Pak/Bu...saya tidak mengerjakan PR karena tadi malam hujan deras dan listrik padam. " Atau misalnya dengan jawaban," Maaf, Pak/Bu...saya tadi malam diminta ibu saya untuk mengantarkan beliau menjenguk tetangga yang ada di rumah sakit. Atau siswa tersebut memberikan alasan sesuai dengan yang dialaminya.
Para siswa yang berkarakter jujur, mereka akan mengatakan A bila yang dialami A. Mereka akan berkata B apabila kenyataanya B. Mereka akan berkata biru bila yang mereka lihat adalah biru dan mereka akan berkata merah apabila yang ia lihat merah. Jika mereka mengatakan apa adanya sesuai dengan yang dialaminya kadang mereka akan memperoleh marah dari guru, mereka tidak takut atau gentar. Mereka akan menerima segala konsekwensi dari apa yang telah mereka katakan. Tetapi bagi guru yang pandai menghargai siswa, mereka tidak mudah marah dengan jawaban siswa yang sebenarnya. Jikalau guru memberikan sanksi atau guru memberi hukuman, guru seharusnya mempertimbangkan kejujuran siswa. Mereka tidak memberikan hukuman yang berat.
Siswa yang berkarakter jujur memang pada awalnya kadang mendapatkan suatu yang pahit atau getir. Tapi tidak perlu khawatir, apabila terjadi suatu masalah di ruang kelas atau di sekolah terjadi kehilangan barang berharga, guru yang memberikan sanksi atau hukuman akan membela siswa yang diberi sanksi atau hukuman tadi. Guru akan mengatakan siswa A misalnya, tidak mungkin mengambil barang tersebut karena ia adalah siswa yang jujur. Dengan demikian awal yang pahit tetapi berbuah manis.
Bapak Pendidikan Republik Indonesia Ki Hajar Dewantoro di Lembaga Pendidikannya Taman Siswa pernah merumuskan bahwa ada Tiga Pilar Pendidikan yaitu "Ing Ngarso Sun Tulodho","Ing Madyo Mangun Karso", dan "Tut Wuri Handayani". Makna dari "Ing Ngarso Sun Tulodho" mengandung maksud para guru kadang sebagai orang yang berada di paling depan, mereka harus dapat diteladani tingkah laku atau watak mereka oleh para siswa. Maksud dari "Ing Madya Mangun Karsa" adalah para guru kadang berada di tengah siswa, mereka mampu membangun prakarsa. Sedangkan makna dari "Tut Wuri Handayani" adalah para guru kadang berada dibelakang siswa, mereka harus dapat mendorong atau memotivasi para siswanya untuk memperoleh ilmu dan meraih prestasi yang setinggi-tingginya sehingga dapat meraih impian atau cita-cita mereka. Dengan demikian. kadang posisi para guru kadang bisa berada di paling depan mereka dapat dicontoh. Guru kadang berada ditengah-tengah siswa, mereka bersama para siswa membangun prakarsa. Guru kadang berada di belakang para siswa, mereka dapat memotivasi atau mendorong para siswa untuk meraih kompetensi atau prestasi yang diinginkan oleh para siswa.
Dengan demikian, peran guru di sekolah adalah sangat penting karena sebagai guru harus bisa menjadi tauladan atau panutan, sebagai pemprakarsa dan sekaligus sebagai pendorong atau penggerak para siswa yang dididiknya. Salah satu sikap atau karakter yang perlu dibangun di sekolah adalah kejujuran. Sebagai seorang figur yang bisa menjadi contoh, guru seyogyanya selalu berkata jujur. Apabila guru berwatak jujur maka kemungkinan besar para siswa juga akan berwatak jujur. Membangun karakter kejujuran dimulai terlebih dahulu dengan kesadaran sikap kejujuran pada masing-masing diri guru.
Sebagaimana kita ketahui, setelah jam selesai pelajaran dibunyikan, para siswa berdo'a menurut agama dan kepercayaanya masing-masing. Kemudian mereka pulang. Sesampai di rumah, mereka berkumpul dengan keluarga mereka.Sesampai di rumah, para siswa tidak lagi dididik atau dibimbing oleh guru,tetapi mereka dibimbing atau dididik oleh ayah, ibu dan saudara mereka yang lebih tua. Dengan demikian, peran orang tua membangun karakter anak kandung mereka adalah sangat penting. Apabila para siswa berada di rumah, melihat dan memperhatikan orang tua mereka selalu bersikap jujur, maka anak-anak di rumah tersebut juga akan melakukan hal yang sama yaitu mereka akan bersikap jujur. Demikian pula sebaliknya apabila orang tua sering berbohong maka anak mereka juga akan sering berbohong.
Ada pepatah yang mengatakan buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Karakter anak atau watak anak tak akan jauh dari orang tuanya. Apabila orang tua selalu bersikap jujur maka anak juga akan berusaha bersikap jujur. Jika orang tua sering berkata bohong maka anak juga sering berkata bohong. Tidak ada orang tua yang anaknya ingin mempunyai karakter pembohong. Semua orang tua menginginkan anak kandungnya berwatak jujur.
Para siswa bila berada di sekolah, mereka akan mencontoh karakter para guru. Apabila para siswa berada di rumah mereka akan mencontoh karakter orang tua mereka. Dengan demikian, peranan guru disekolah akan mewarnai karakter kejujuran siswa, sedangkan kejujuran siswa dirumah akan diwarnai oleh karakter kejujuran orang tua mereka di rumah. Oleh karena itu, supaya karakter kejujuran siswa terbangun dengan baik maka harus ada kesadaran berkarakter jujur bagi guru dan orang tua siswa.Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa betapa penting peran orang tua dan guru membangun karakter siswa.
Para pembaca yang budiman, tak ada sedikitpun maksud penulis untuk menggurui para pembaca. Penulis yakin bahwa tak ada guru atau orang tua yang menginginkan siswa berkarakter bohong. Semua orang tua dan guru meinginginkan semua siswa berwatak jujur.
Pada akhir artikel, penulis mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan di hati para pembaca. Tak ada gading yang tak retak. Tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Hanya milik Yang Maha Kuasa segala kesempuranaan. Demikian juga sebagai manusia biasa penulis tentu banyak membuat kesalahan dalam penulisan artikel ini . Saran dan kritik dari para pembaca senantiasa penulis harapkan. Semoga artikel ini bermanfaat.
Bila para pembaca berkenan, silakan baca artikel berikut:
1. Memuliakan Guru
2. Pendidikan Sebagai Proses Kegembiraan
3. Sekolah Sebagai Tempat Yang Menyenangkan
Sebagaimana kita ketahui, setelah jam selesai pelajaran dibunyikan, para siswa berdo'a menurut agama dan kepercayaanya masing-masing. Kemudian mereka pulang. Sesampai di rumah, mereka berkumpul dengan keluarga mereka.Sesampai di rumah, para siswa tidak lagi dididik atau dibimbing oleh guru,tetapi mereka dibimbing atau dididik oleh ayah, ibu dan saudara mereka yang lebih tua. Dengan demikian, peran orang tua membangun karakter anak kandung mereka adalah sangat penting. Apabila para siswa berada di rumah, melihat dan memperhatikan orang tua mereka selalu bersikap jujur, maka anak-anak di rumah tersebut juga akan melakukan hal yang sama yaitu mereka akan bersikap jujur. Demikian pula sebaliknya apabila orang tua sering berbohong maka anak mereka juga akan sering berbohong.
Ada pepatah yang mengatakan buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Karakter anak atau watak anak tak akan jauh dari orang tuanya. Apabila orang tua selalu bersikap jujur maka anak juga akan berusaha bersikap jujur. Jika orang tua sering berkata bohong maka anak juga sering berkata bohong. Tidak ada orang tua yang anaknya ingin mempunyai karakter pembohong. Semua orang tua menginginkan anak kandungnya berwatak jujur.
Para siswa bila berada di sekolah, mereka akan mencontoh karakter para guru. Apabila para siswa berada di rumah mereka akan mencontoh karakter orang tua mereka. Dengan demikian, peranan guru disekolah akan mewarnai karakter kejujuran siswa, sedangkan kejujuran siswa dirumah akan diwarnai oleh karakter kejujuran orang tua mereka di rumah. Oleh karena itu, supaya karakter kejujuran siswa terbangun dengan baik maka harus ada kesadaran berkarakter jujur bagi guru dan orang tua siswa.Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa betapa penting peran orang tua dan guru membangun karakter siswa.
Para pembaca yang budiman, tak ada sedikitpun maksud penulis untuk menggurui para pembaca. Penulis yakin bahwa tak ada guru atau orang tua yang menginginkan siswa berkarakter bohong. Semua orang tua dan guru meinginginkan semua siswa berwatak jujur.
Pada akhir artikel, penulis mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan di hati para pembaca. Tak ada gading yang tak retak. Tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Hanya milik Yang Maha Kuasa segala kesempuranaan. Demikian juga sebagai manusia biasa penulis tentu banyak membuat kesalahan dalam penulisan artikel ini . Saran dan kritik dari para pembaca senantiasa penulis harapkan. Semoga artikel ini bermanfaat.
Bila para pembaca berkenan, silakan baca artikel berikut:
1. Memuliakan Guru
2. Pendidikan Sebagai Proses Kegembiraan
3. Sekolah Sebagai Tempat Yang Menyenangkan
0 comments :
Posting Komentar